Selasa, 10 September 2013

Merupakan perkara yang konyol dan lucu adalah perkataan sebagian ASWAJA atau sebagian Jahmiyah bahwasanya pembagian tauhid menjadi tiga, (1) Tauhid Ar-Rububiyah, (2) Tauhid Al-'Uluhiyah/al-'Ubudiyah, dan (3) Tauhid al-Asmaa' wa as-Sifaat, adalah sama dengan aqidah TRINITAS kaum Nasrani yang meyakini Allah terdiri dari 3 oknum.

Yang lebih lucu lagi mereka masih terus menganggap bahwa pernyataan mereka ini adalah hujjah yang sangat kuat untuk membantah salafiyin, padahal ini adalah hujjah yang sangat konyol dan sangat…sangat…sangat…tidak nyambung. Apakah semua yang dibagi menjadi tiga sama dengan trinitas??. Akan tetapi begitulah sebagian ASWAJA yang mencari dalil apa saja yang penting bisa membantah salafiyin (Aswaja yang sesungguhnya) !!!

Pernyataan ini (bahwasanya pembagian tauhid menjadi tiga sama dengan trinitas) digembar-gemborkan oleh seorang yang bernama Hasan 'Alawi As-Saqqoof, seorang pengikut faham Jahmiyah dalam kitabnya التَّنْدِيْدُ بِمَنْ عَدَّدَ التَّوْحِيْدَ، إِبْطَالُ مُحَاوَلَةِ التَّثْلِيْثِ فِي التَّوْحِيْدِ وَالْعَقِيْدَةِ الإِسْلاَمِيَّةِ (artinya : Pengungkapan kebatilan orang yang membagi tauhid, pembatalan usaha trinitas dalam tauhid dan aqidah Islamiyah) Beliau ini dikenal tukang dusta, terlalu banyak dusta yang ia sampaikan, bahkan berdusta dihadapan khalayak ramai (di stasiun televisi), silahkan baca (http://www.saaid.net/Doat/Zugail/303.htm), demikian juga tidak amanahnya Hasan As-Saqqoof terhadap kitab-kitab para ulama sebagaimana dibongkar oleh Muhammad Sa'id Al-Katsiiri dalam kitabnya عَبَثُ أَهْلِ الأَهْوَاءِ بِتُرَاثِ الأُمَّةِ وَوَقَيْعَتُهُمْ فِي عُلَمَائِنَا نَظْرَةٌ تَطْبِيْقِيَّةٌ فِي كُتُبِ حَسَن بْنِ عَلِي السَّقَّافِ (inti  buku ini adalah menunjukkan contoh praktek-praktek nyata ketidakamanahan Hasan As-Saqqof terhadap buku-buku para ulama, dan sikapnya yang menjatuhkan para ulama : silahkan di download di http://ia700302.us.archive.org/22/items/waq85152/85152.pdf), buku ini diberi pengantar oleh Syaikh yang alim yang juga berasal dari satu suku dengan Hasan As-Saqqoof, yaitu syaikh yang bernama Abdul Qoodir 'Alawi As-Saqqoof hafizohulloh)

Adapun buku At-Tandiid tersebut maka telah dibantah secara khusus oleh Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr hafizohulloh dalam kitabnya الْقَوْلُ السَّدِيْدُ فِي الرَّدِّ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ تَقْسِيْمَ التَّوْحِيْدِ (yang artinya : Perkataan yang Tepat dalam Membantah Orang yang Mengingkari Pembagian Tauhid,  silahkan didownload di http://ia701206.us.archive.org/24/items/waq34288/34288.pdf)

Untuk membantah hujjah konyol ini maka ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan :



PERTAMA : Maksud dari pembagian Tauhid menjadi tiga, yaitu mentauhidkan Allah dalam (1) Rububiyahnya, dalam (2) Uluhiyahnya, dan dalam (3) Asmaa dan SifaatNya.

-         Tauhid ar-Rubuubiyah artinya Mengesakan Allah dalam hal penciptaan, pemilikan dan pengaturan. Yaitu meyakini bahwa Allah Maha Esa dan tidak ada dzat lain yang ikut nimbrung membantu Allah dalam hal penciptaan, penguasaan, dan pengaturan.

-         Tauhid al-Uluhiyah : Mengesakan Allah dalam peribadatan hamba kepadaNya. Artinya Allah Maha Esa dalam penyembahan, maka tidak ada dzat lain yang boleh untuk ikut serta disembah disamping penyembahan terhadap Allah

-         Tauhid al-Asmaa wa as-Sifaat : Mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifatnya. Artinya tidak ada dzat lain yang menyamai sifat-sifat Allah yang maha sempurna.

Jika kita bertanya kepada kaum muslimin secara umum tentang tiga makna tauhid di atas, maka secara umum tidak ada yang menolak, karena Allah memang Maha Esa dalam ketiga hal di atas. Lantas kenapa harus ada pengingkaran jika maknanya disetujui dan disepakati..??



KEDUA : Tauhid asalnya tidaklah diterima kecuali tauhid yang satu. Karena asalnya (1) Rob yang berhak disembah adalah (2) Rob yang maha Esa dalam penciptaan, dan juga (3) Maha sempurna sifat-sifatnya. Jika ada Rob yang tidak maha esa dalam penciptaan atau tidak sempurna sifat-sifatnya maka dia tidak berhak untuk disembah. Karenanya asalnya bahwa tauhid tidaklah menerima pembagian. Ketiga makna tauhid di atas harus terkumpulkan menjadi satu. Lantas kenapa ada pembagian??!!

Makhluklah (yaitu kaum musyrikin) yang telah melakukan pembagian, sehingga mereka hanya mengimani dan mengerjakan sebagian dari makna tauhid.

Allah berfirman :

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)" (QS Yusuf : 106)

Para salaf dan para ahli tafsir telah sepakat bahwa makna ayat ini adalah kaum musyrikin arab mengakui dan mengimani bahwasanya Allah Maha Esa dalam penciptaan dan pengaturan, akan tetapi mereka berbuat kesyirikan dengan beribadah juga kepada selain Allah. (Silahkan baca kembali penjelasan panjang lebar disertai nukilan-nukilan dari salaf dan para mufassir di artikel ini "Persangkaan Abu Salafy Al-Majhuul Bahwasanya Kaum Musyrikin Arab Tidak Mengakui Rububiyyah Allah"

Ayat ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin Arablah yang membagi tauhid kepada Allah, sehingga hanya mengimani sebagian tauhid (yaitu tauhid rububiyah) dan berbuat syirik dalam tauhid al-uluhiyah.

Allah juga berfirman

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (QS Al-'Ankabuut : 65)

Ayat ini menjelaskan bahwasanya dalam kondisi gawat kaum musyrikin mengesakan (tidak membagi) tauhid mereka sehingga ikhlas berdoa kepada Allah, akan tetapi tatkala mereka diselamatkan di daratan mereka kembali lagi melakukan pembagian tauhid dan menyimpang dalam tauhid al-uluhiyah.

Dan dalil-dalil yang menunjukkan akan keimanan kaum musyrikin terhadap tauhid ar-rububiyah sangatlah banyak, sebagaimana telah saya sampaikan pada link diatas.



Perhatikan : Syari'at tidak ingin tauhid dipisah-pisahkan, bahkan ingin agar tauhid merupakan seusatu yang satu kesatuan. Hanya saja timbul penyimpangan dari kaum musyrikin yang memecah dan membagi tauhid, dimana mereka beriman kepada sebagian makna tauhid dan mengingkari sebagian yang lain. Maka datanglah syari'at untuk meluruskan mereka sehingga menjelaskan dengan cara membagi antara keimanan mereka yang benar (tauhid ar-rububiyah) dan keimanan mereka yang salah dalam tauhid (yaitu tauhid al-uluhiyah). Sehingga sering kita dapati bahwasanya Al-Qur'an berhujjah dengan keimanan mereka terhadap tauhid ar-rububiyah agar mereka meluruskan tauhid mereka yang salah dalam tauhid al-uluhiyah. Seperti firman Allah

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS Al-Baqoroh : 21-22)

Dalam ayat ini Allah berhujjah dengan pengakuan kaum musyrikin dan keimanan mereka terhadap Rububiyah Allah agar mereka juga mentauhidkan Allah dalam uluhiyah/peribadatan.

Intinya : Pembagian tauhid nampak dan muncul pada makhluk lalu datanglah syari'at berusaha memperbaiki dan meluruskan pemahaman mereka yang keliru tentang tauhid. Jadilah timbul pembagian tauhid dalam syari'at yang memiliki 2 fungsi, (1) dalam rangka penjelasan dan (2) dalam rangka menjaga tauhid dari kesalahpahaman



KETIGA : Karenanya pembagian tauhid ini bukanlah penimbulan/pemunculan suatu makna baru yang tidak ada di zaman salaf, akan tetapi hanyalah pembaharuan dalam istilah atau metode penjelasan dan pemahaman. Karena kalau pembagian ini dikatakan bid'ah maka terlalu banyak penamaan dan pembagian yang kita hukumi sebagai bid'ah juga. Sebagai contoh misalnya  pembagian para ulama bahwasanya hukum taklifi terbagi menjadi 5 (wajib, mustahab, mubah, makruh, dan haram). Tentunya pembagian ini tidak terdapat dalam pembicaraan sahabat. Akan tetapi setelah diteliti dalil-dalil yang ada jelas bahwa kesimpulan hukum-hukum taklifi tidaklah keluar dari 5 hukum tersebut.



KEEMPAT : Pembagian tauhid adalah perkara ijtihadiah, tergantung cara seorang mujtahid dalam meng "istiqroo' dalil-dalil, sehingga berkesimpulan bahwa tauhid terbagi menjadi berapa?.

Karenanya kita dapati :

-         Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja, yaitu :تَوْحِيْدُ الْمَعْرِفَةِ وَالْإِثْبَاتِ dan تَوْحِيْدُ الطَّلَبِ وَالْقَصْدِ.

-         Ada juga yang membagi dua dengan ibarat yang lain, yaitu : التَّوْحِيْدُ الْعِلْمِيِّ الْخَبَرِيِّ  dan التَّوْحِيْدِ الطَّلَبِيِّ الإِرَادِيِّ

-         Ada juga yang mengungkapkan dengan ibarat yang lain, yaitu : تَوْحِيْدُ الإِعْتِقَادِ  dan تَوْحِيْدُ الْعَمَلِ

-         Kita dapati juga ada sebagian orang yang membagi tauhid menjadi 4, seperti Ibnu Mandah yang membagi tauhid menjadi : (1) Tauhid Al-Uluhiyah, (2) Tauhid Ar-Tububiyah, (3) Tauhid al-Asmaa', dan (4) Tauhid As-Sifaat.

-         Demikian juga ada yang membagi tauhid menjadi empat dengan menambahkan  tauhid yang ke (4) Tauhid Al-Haakimiyah.

Yang menjadi permasalahan bukanlah pembagian, akan tetapi content/isi dan kandungan dari pembagian tersebut, apakah benar menurut syari'at atau tidak??!! Inilah yang menjadi permasalahan, bukan masalah pembagian tauhid menjadi dua atau tiga atau empat, atau lebih dari itu.



KELIMA : Ternyata kita dapati para ulama terdahulu –jauh sebelum Ibnu Taimiyyah- telah membagi tauhid menjadi tiga. Hal ini jelas membantah pernyataan mereka bahwa pembagian tauhid menjadi tiga adalah kreasi Ibnu Taimiyyah rahimahullah di abad ke 8 hijriyah. Syaikh Abdurrozzaq hafizohulloh telah menukil perkataan para ulama salaf jauh sebelum Ibnu Taimiyyah yang membagi tauhid menjadi tiga. Diantara para ulama tersebut adalah :

(1) Al-Imam Abu Abdillah 'Ubaidullahi bin Muhammad bin Batthoh al-'Akburi yang wafat pada tahun 387 H, dalam kitabnya Al-Ibaanah.

(2) Al-Imam Ibnu Mandah yang wafat pada tahun 395 Hijriyah dalam kitabnya "At-Tauhid".

(3) Al-Imam Abu Yusuf yang wafat pada tahun 182 H (silahkan merujuk kembali kitab al-qoul as-sadiid)



KEENAM : Ternyata kita juga dapati ahlul bid'ah juga telah membagi tauhid

Pertama : Kaum Asyaa'roh juga membagi tauhid menjadi 3, mereka menyatakan bahwa wahdaniah (keesaan) Allah mencakup tiga perkara,  ungkapan mereka adalah:

إن الله واحد في ذاته لا قسيم له وواحد في صفاته لا نظير له، وواحد في أفعاله لا شريك له

"Sesungguhnya Allah (1) maha satu pada dzatnya maka tidak ada pembagian dalam dzatNya, (2) Maha esa pada sifat-sifatNya maka tidak ada yang menyerupai sifat-sifatnya, dan (3) Maha esa pada perbuatan-perbuatanNya maka tidak ada syarikat bagiNya.

Salah seorang ulama terkemukan dari Asyaa'iroh yang bernama Ibrahim Al-Laqqooni berkata :

"Keesaan (ketauhidan) Allah meliputi tiga perkara yang dinafikan :

… "Keesaan" dalam istilah kaum (Asyaa'iroh) adalah ungkapan dari tiga perkara yang dinafikan :

"(1) Dinafikannya berbilang dari Dzat Allah, artinya Dzat Allah tidak menerima pembagian….

(2) Dinafikannya sesuatu yang serupa dengan Allah, maksudnya tidak ada perbilangan dalam dzat atau salah satu sifat dari sifat-sifatNya…

(3) Dinafikannya penyamaan Allah dengan makhluk-makhluk yang baru…"

(Hidaayatul Muriid Li Jauharot At-Tauhiid, Ibraahim Al-Laqqooni.  1/336-338)

Ulama besar Asya'iroh yang lain yaitu Al-Baajuuri rahimahullah berkata :

"Kesimpulannya bawhasanya wahdaniah/keesaan/ketauhidan Allah yang mencakup (1) Keesaan pada Dzat, (2) Keesaan pada sifat-sifat Allah, dan (3) Keesaan pada perbuatan-perbuatanNya…"

(Hasyiat Al-Imam Al-Baijuuri 'alaa Jauharot At-Tauhiid, hal 114)



Kedua : Abu Hamid Al-Gozali menyatakan bahwa tauhid yang berkaitan dengan kaum muslimin ada 3 tingakatan, karena beliau membagi tauhid menjadi 4 tingkatan, dan tingkatan pertama adalah tingkatan tauhidnya orang-orang munafik.

Adapun tingkatan-tingakatan yang berikutnya :

(1) Tauhidul 'awaam تَوْحِيْدُ الْعَوَّام (Tauhidnya orang-orang awam)

(2) Tauhidul Khoosoh تَوْحِيْدُ الْخَاصَّةِ (Tauhidnya orang-orang khusus, مَقَامُ الْمُقَرّبِيْنَ) dan

(3) Tauhid Khoosotil Khooshoh تَوْحِيْدُ خَاصَّةِ الْخَاصَّةِ (Tauhidnya orang-orang super khusus مُشَاهَدَةُ الصِّدِّيْقِيْنَ)

Beliau rahimahullah berkata :

للتوحيد أربع مراتب ...

فالرتبة الأولى من التوحيد هي أن يقول الإنسان بلسانه لا إله إلا الله وقلبه غافل عنه أو منكر له كتوحيد المنافقين

"Tauhid memiliki 4 tingkatan…tingkatan pertama dari tauhid adalah seseorang mengucapkan dengan lisannya laa ilaah illallah akan tetapi hatinya lalai darinya atau mengingkarinya, sebagaimana tauhidnya orang-orang munafiq"

Lalu Al-Gozali menyebutkan 3 tingkatan tauhidnya kaum muslimin, ia berkata :

والثانية أن يصدق بمعنى اللفظ قلبه كما صدق به عموم المسلمين وهو اعتقاد العوام

(1) Yang kedua : Yaitu ia membenarkan makna lafal laa ilaaha illallahu dalam hatinya sebagaimana pembenaran orang-orang awam kaum muslimin, dan ini adalah aqidahnya orang-orang awam

والثالثة أن يشاهد ذلك بطريق الكشف بواسطة نور الحق وهو مقام المقربين وذلك بأن يرى أشياء كثيرة ولكن يراها على كثرتها صادرة عن الواحد القهار

(2) Yang Ketiga : Yaitu dengan metode Kasyf (pengungkapan) dengan perantara cahaya Allah, dan ini adalah orang-orang muqorrobin (yang didekatkan), yaitu jika ia melihat sesuatu yang banyak akan tetapi ia melihatnya –meskipun banyak- timbul dari dzat Yang Maha Satu Yang Maha Kuasa

 والرابعة أن لا يرى في الوجود إلا واحدا وهي مشاهدة الصديقين وتسميه الصوفية الفناء في التوحيد لأنه من حيث لا يرى إلا واحدا فلا يرى نفسه أيضا وإذا لم ير نفسه لكونه مستغرقا بالتوحيد كان فانيا عن نفسه في توحيده بمعنى أنه فنى عن رؤية نفسه والخلق

(3) Yang Keempat : yaitu ia tidak melihat di alam wujud ini (alam nyata) ini kecuali hanya satu, dan ini adalah pengamatan orang-orang as-siddiqin. Dan kaum sufiah menamakannya al-fanaa dalam tauhid, karena ia tidaklah melihat kecuali satu, maka iapun bahkan tidak melihat dirinya sendiri. Dan jika ia tidak melihat dirinya dikarenakan tenggelam dalam tauhid maka ia telah sirna dari dirinya dalam mentauhidkan Allah, yaitu maknanya ia telah sirna tidak melihat dirinya dan tidak melihat makhluk" (Ihyaa 'Ulumiddiin 4/245)



KETUJUH :Ternyata sebagian ulama Ahlul Kalaam juga mengenal istilah tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-uluhiyah,

Abu Mansuur Al-Maturidi (pendiri madzhab Al-Maturidiyah, wafat 333 H) dalam kitabnya At-Tauhid beliau berkata :

(Kitaab At-Tauhid, Abu Manshuur Al-Maturidi, tahqiq : DR Muhammad Aruusi, Terbitan Daar Shoodir, Beirut,  hal 86)



KEDELAPAN : Kenapa harus pengingkaran besar-besaran terhadap pembagian tauhid menjadi tiga?. Rahasianya karena pembagian ini menjelaskan akan bedanya antara tauhid Ar-Rububiyah dengan tauhid Al-Uluhiyah. Dan barangsiapa yang mengakui tauhid Ar-rububiyah akan tetapi beribadah kepada selain Allah maka ia adalah seorang musyrik. Inilah pembagian yang mereka ingkari, mereka hanya ingin pembicaraan tauhid hanya pada dua model tauhid saja, yaitu tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-asmaa wa as-sifaat.

Karena dengan dibedakannya antara tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-uluhiyah semakin memperjelas bahwa aqidah mereka tentang bolehnya berdoa kepada mayat-mayat penghuni kubur dan beristighotsah kepada para wali yang telah meninggal adalah kesyirikan yang nyata !!!

Mereka tidak mempermasalahkan jika seandainya tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid al-asmaa wa as-sifaat, karena dalam buku-buku aqidah mereka ternyata memfokuskan pembicaraan pada dua model tauhid ini. Jika kita setuju pembagian tauhid hanya dua saja, maka bisa saja dikatakan ini adalah dualisme ketuhanan, sebagaimana penyembah dua dewa atau dua tuhan, dan ini juga kesyirikan. Sebagaimana trinitas adalah kesyirikan demikian juga dualisme ketuhanan  juga terlarang



KESEMBILAN : Pembicaraan kaum Asya'iroh hanya terfokus dalam masalah tauhid Ar-Rububiyah, bahwasanya Allahlah satu-satunya pencipta.

Hal ini sangat nampak dari sikap mereka berikut ini

-         Sebagian ulama mereka menafsirkan laa ilaah illallah pada makna rububiyah لاَ قَادِرَ عَلَى الاِخْتِرَاعِ إِلاَّ اللهُ (Tidak ada yang mampu untuk menciptakan kecuali Allah).

Padahal yang benar dalam hal ism ahsan الله adalah bukanlah ism jamid (yaitu kata benda yang tidak berasal dari kata masdar yang bermakna), akan tetapi pendapat yang benar bawhasanya lafal الله adalah ism musytaq berasal dari kata الإله yang artinya المألوه (sebagaimana كتاب  yang bermakna مكتوب), dan المألوه maknanya adalah المعبود "yang di sembah". Sehingga makna yang benar dari laa ilaah illallah adalah "Tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah"

-         Kita dapati kaum asyairoh dalam buku-buku aqidah mereka menyatakan bahwa أَوَّلُ وَاجِبٍ عَلَى الْمُكَلَّفِ هُوَ النَّظْرُ (Yang pertama wajib bagi seorang mukallaf adalah pengamatan untuk meyakini adanya pencipta). Sehingga konsentrasi mereka adalah tentang penetapan akan adanya Tuhan Pencipta Yang Maha Esa dalam Penciptaan

Akibat dari salah penafsiran tentang laa ilaaha illahllahu ini akhirnya seseorang yang beristighotsah dan berdoa kepada selain Allah tidaklah terjerumus dalam kemusyrikan selama meyakini bahwa pencipta satu-satunya adalah Allah.

Karenanya kita dapati sebagian orang alim mereka (sebagian kiyai) terjerumus dalam kesyirikan atau membolehkan kesyirikan. Menurut mereka hal-hal berikut bukanlah kesyirikan :

-         Berdoa kepada mayat, meminta pertolongan dan beristighotsah kepada mayat bukanlah kesyirikan, selama meyakini bahwa mayat-mayat tersebut hanyalah sebab dan Allahlah satu-satunya yang menolong

-         Jimat-jimat bukanlah kesyirikan selama meyakini itu hanyalah sebab, dan yang menentukan hanyalah Allah. Karenanya kita dapati sebagian kiyai menjual jimat-jimat

-         Bahkan kita dapati sebagian kiyai mengajarkan ilmu-ilmu kanuragan atau ilmu-ilmu sihir. Karena selama meyakini itu hanyalah sebab dan Allah yang merupakan sumber kekuatan maka hal ini bukanlah kesyirikan.

-         Sebagian mereka juga membolehkan memberikan sesajen atau tumbal kepada lumpur lapindo atau kepada gunung yang akan meletus, karena menurut mereka hal itu bukanlah bentuk kesyirikan kepada Allah.

Posted on 05.00 by Unknown

No comments

Senin, 09 September 2013

Pengenalan

  1. Akidah dari segi bahasa bererti simpulan iman ataupun pegangan yang kuat atau satu keyakinan yang menjadi pegangan yang kuat
  2. Akidah dari sudut istilah ialah kepercayaan yang pasti dan keputusan yang muktamat tidak bercampur dengan syak atau keraguan pada seseorang yang berakidah sama ada akidah yang betul atau sebaliknya
  3. Akidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai rabb dan ilah serta beriman dengan nama-namaNya dan segala sifat-sifatNya juga beriman dengan adanya malaikat, kitab-kitab, para Rasul, Hari Akhirat dan beriman dengan taqdir Allah sama ada baik atau buruk termasuk juga segala apa yang dating dari Allah. Seterusnya patuh dan taat pada segala ajaran dan petunjuknya. Oleh itu, akidah Islam ialah keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan RasulNya serta apa yang dibawa oleh Rasul dan dilaksanakan dalam kehidupan

Pengertian Akidah

  1. Ilmu yang membicarakan perkara-perkara yang berkaitan keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya.
  2. Setiap umat Islam wajib mengetahui, mempelajari dan mendalami ilmu akidah supaya tidak berlaku perkara-perkara yang membawa kepada penyelewengan akidah kepada Allah swt
  3. Akidah sebenar adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan As-Sunnah

Ilmu Akidah

Ilmu Tauhid
Ilmu yang menerangkan tentang sifat Allah swt yang wajib diketahui dan dipercayai
Ilmu Usuluddin
Suatu ilmu yang kepercayaan dalam agama Islam, iaitu kepercayaan kepada Allah swt dan pesuruhNya
Ilmu Makrifat
Suatu ilmu yang membahaskan perkara-perkara yang berhubung dengan cara-cara mengenal Allah swt
Ilmu Kalam
Sesuatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliah (ilmiah) sebagai perisai terhadap segala tentangan daripada pihak lawan
Ilmu Akidah
Suatu ilmu yang membahas tentang perkara-perkara yang berhubung dengan keimanan kepada Allah swt

Huraian Rukun Iman

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Umar Ibni Al-Khattab r.a bahawa di dalam pertemuan malaikat Jibril dengan Rasulullah saw di dalam sebuah majlis yang dihadiri oleh ramai sahabat-sahabat Rasulullah saw maka Jibril telah mengemukakan pertanyaan kepada Rasulullah saw yang bermaksud:-
“Jibril telah berkata kepada Rasulullah, kamu terang kepadaku mengenai iman maka jawab Rasulullah, iman itu ialah bahawa kami beriman kepada Allah, kepada malaikat, kepada kitab-kitab, kepada rasul-rasul, kepada hari kemudian dan kamu beriman bahawa habuan dan peruntukan bagi kamu sama ada baik atau buruk adalah semua daripada Allah swt, maka Jibril pun berkata kamu telah berkata benar.”

Jadi, dari ayat Al-Quran dan hadith dapatlah disimpulkan bahawa iman itu ialah 6 perkara iaitu:
  1. Percaya kepada Allah
  2. Percaya kepada Malaikat
  3. Percaya kepada Kitab
  4. Percaya kepada Rasul
  5. Percaya kepada Hari Kiamat
  6. Percaya kepada Qada’ dan Qadar

Percaya Kepada Allah Swt

Erti beriman dengan Allah Ta’ala itu ialah mengetahui, percaya dan beriktikad dengan perkara-perkara yang wajib, perkara-perkara mustahil dan perkara yang harus bagi Allah Ta’ala.
Beriman dengan Allah juga bermaksud:
  1. Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
  2. Membenarkan dengan yakin akan keEsaan Allah, baik dalam perbuatanNya menjadikan alam dan makhluk seluruhnya mahupun dalam menerima ibadat setiap makhluk
  3. Membenarkan dengan yakin bahawa Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, suci dari segala kekurangan dan suci juga dari menyerupai segala yang baharu

“Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu (menjadi orang-orang yang ) bertaqwa –
(Surah Al-Baqarah:21)
Ertinya bahawa Allah itu adalah pencipta setiap benda yang ada di ala ini termasuk bumi langit dan planet-planet yang lain, yang dapat dilihat atau tidak, semuanya adalah kepunyaan Allah swt
Percaya kepada Allah ini adalah pokok kepada kepercayaan atau rukun-rukun iman yang lain kerana dengan adanya Allah maka adanya yang lain-lain itu.

  1. Tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah Allah swt
  2. Tauhid Rububiyah bermaksud hanya Allah sahaja sebagai Rabb (pencipta, pemilik, pemerintah, memberi rezeki dan seumpamanya). Tidak boleh dijadikan, dianggap atau dirasakan yang lain sebagai rabb atau bersama-sama Allah menjadi Rabb.
  3. Tauhid Uluhiyyah bermaksud orang Islam yang beriman dengan keimanan yang sebenar, dia hanya mengambil Allah sebagai Ilah. Dia tidak meletakkan Allah bersama-sama yang lain sebagai Ilah. Allah sahaja sebagai pujaan dan sembahannya. Maklud Ilah ialah sesuatu yang dipuja dan disembah.
  4. Mempelajari dan memahami ajaran Allah
  5. Maksud beriman kepada Allah juga sepatutnya kita mempelajari dan memahami segala yang datang daripada Allah melalui RasulNya sama ada dalam al-Quran atau al-Sunnah. Maksud beriman kepada Allah bukan sekadar percaya tentang kewujudan Allah tetapi termasuk juga segala apa yang datang daripada Allah swt
Yakin dan Melaksanakan Petunjuk Allah swt
Antara maksud dan tuntutan iman kepada Allah ialah yakin terhadap apa yang datang daripada Allah. Yakin dengan kebenaran, kesempurnaan Islam sebagai satu Din yang shamil dan kamil serta terbaik

Percaya kepada Malaikat

Ertinya ialah bahawa Allah telah menjadikan sejenis makhluk halus yang keadaan asalnya tidak boleh dilihat, bukan lelaki dan bukan perempuan. Hidup mereka sentiasa taat kepada perintah Allah tanpa sesekali menderhakainya. Malaikat dijadikan oleh Allah daripada cahaya. Sabda Rasulullah saw (terjemahanya):
”Malaikat itu dijadikan daripada cahaya, jin dijadikan daripada api yang tidak berasap & dijadikan nabi Allah Adam sebagaimana yang diterangkan iaitu daripada tanah”–(Hadith riwayat Muslim)
Nama dan Tugas Malaikat
  1. Jibril – Menyampaikan wahyu dan perintah Allah kepada nabi-nabi & rasul-rasulNya untuk disampaikan kepada manusia
  2. Mikail – Mengawal cekerawala termasuk matahari, bulan, bintang-bintang, hujan & panas dan lain mengikut yang dikehendaki oleh Allah
  3. Izrail – Mencabut nyawa seluruh makhluk yang bernyawa apabila sudah sampai waktu yang dikehendaki oleh Allah
  4. Israfil – Meniup sengkekala apabila tiba masanya
  5. Raqib – Mencatit amalan baik yang dilakukan oleh manusia
  6. Atid – Mencatit amalan jahat yang dilakukan oleh manusia
  7. Mungkar – Menyoal manusia di dalam kubur
  8. Nakir – Menyoal manusia di dalam kubur
  9. Ridhwan – Mengawal syurga
  10. Malik – Mengawal neraka

Antara tugas-tugas Malaikat seperti:
  1. Membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul
  2. Bertasbih dan patuh dan sujud pada Allah
  3. Memikut Arsy
  4. Berdoa untuk orang-orang beriman
Peranan Malaikat di Akhirat seperti memberi salam pada ahli syurga, mengazab ahli neraka dan seumpamanya
Hikmat Beriman Kepada Malaikat
  1. Seseorang itu menyedari bahawa dia sentiasa diawasi oleh Malaikat maka dia akan sentiasa menjaga tingkah laku yang berkelakuan baik, menjaga tutur kaya yang walau dimana dia berada
  2. Seseorang akan segera insaf dan tidak mengulangi kesalahan dan kesilapan kerana menyedari setiap tutur kata dan gerak laku yang tidak terlepas daripada catitan Malaikat Raqib & Atid
  3. Seseorang muslim akan sentiasa melakukan apa yang disuruh Allah dan menghindar apa yang dilarang Allah supaya selamat di alam kubur kerana dia mengetahui apabila dia mati, dia akan ditanya dan diseksa oleh Malaikat di dalam kubur

Percaya Kepada Kitab

Orang-orang Islam wajib percaya bahawa Allah swt telah menurunkan beberapa buah kitab kepada rasul-rasulNya. Isi pengajaran kitab-kitab itu adalah mengandungi ajaran-ajaran mengenai amal ibadat untuk akhirat dan juga petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki kehidupan manusia di dunia Kitab-kitab yang wajib diketahui ialah:
  1. Zabur : Nabi Daud (dalam bahasa Qibti)
  2. Taurat : Nabi Musa (dalam bahasa Ibrani)
  3. Injil : Nabi Isa (dalam bahasa Suryani)
  4. Al-Quran : Nabi Muhammad saw (dalam bahasa Arab)

Firman Allah swt yang bermaksud:
”Pada mulanya manusia itu adalah umat yang satu (menurut agama Allah yang satu tetapi akhirnya mereka telah berselisih faham), maka Allah telah mengutuskan nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira (kepada orang-orang yang beriman dengan balasan syurga), dan pemberi amaran (kepada yang engkar dengan balasan azab neraka), dan Allah menurunkan bersama nabi-nabi itu kitab-kitab suci yang mempunyai keterangan-keterangan benar untuk menjalankan hukuman di antara manusia mengenai apa yang mereka pertikaikan”
(Surah Al-Baqarah: 213)
Al-Quran merupakan kitab terakhir sekali diturunkan oleh Allah & penutup kepada segala kitab-kitab yang terdahulu

Percaya Kepada Rasul

Seseorang Islam diwajibkan beriman bahawa Allah telah mengutuskan beberapa orang rasul yang dipilihNya daripada jenis manusia yang cukup sempurna. Mereka membimbing manusia kepada kehidupan yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat
Sifat-sifat yang wajib bagi Rasul:
  1. Siddiq – Benar pada segala percakapan, perkhabaran & perbuatan
  2. Amanah – Jujur dan tidak membuat kesalahan
  3. Tabligh – Menyampaikan semua perintah Allah kepada manusia
  4. Fathonah- Bijaksana

  1. Erti Rasul dari segi bahasa : Utusan yang menyampaikan sesuatu perutusan seseorang kepada orang lain
  2. Erti Rasul dari segi istilah: Lelaki utusan Allah yang menerima wahyu Allah untuk dirinya yang wajib disampaikan kepada umat manusia agar mereka dapat melalui jalan yang lurus dan diredhai Allah
  3. Dari segi keaslian : al-Quran tetap asli tidak ada perubahan dan tidak mampu dipinda oleh manusia manakala kitab-kitab lain berubah dan tidak asli
  4. Al-Quran sesuai untuk semua zaman dan tempat, manakala kitab-kitab lain untuk tempoh-tempoh tertentu sahaja
  5. Bahasa Al-Quran adalah bahasa arab yang hidup pemakainnya sepanjang masa, iaitu sentiasa digunakan oleh ramai dan banyak negara di seluruh dunia

Hikmah Beriman Dengan Kitab-kitab
Menunjukkan bahawa agama yang dating daripada Allah adalah satu sahaja iaitu Islam yang terkandung di dalam kitab-kitab yang datAng daripada Allah mendahului. Para Nabi semasa ke semasa sehinggalah kitab al-Quran
Umat manusia di sepanjang zaman sebenarnya memerlukan agama yang satu iaitu Islam, yang berteraskan akidah tauhid. Ini semua terkandung dalam semua kitab-kitab yang datAng daripada Allah

Perbezaan dari segi syariat perkara penting berkaitan pelaksanaan dalam agama boleh berlaku. Yang ditegah secara tegas ialah perbezaan dari segi akidah atau perkara-perkara usul. Ini terbukti dalam syariat-syariat kitab-kitab dari satu nabi dengan nabi yang lain berbeza, tetapi akidah dan perkara pokok yang lain semuanya sama
Semua para Nabi adalah Islam. Tidak ada percanggahan antara al-Quran dan Taurat sebagaimana juga tidak ada pertentangan dengan Injil dan kitab-kitab lain. 

Percaya Kepada Hari Akhirat

Beriman kepada hari Akhirat merupakan masalah yang paling berat dari segala macam akidah dan kepercayaan manusia. Sejak zaman sebelum Islam sampailah sekarang manusia telah memperkatakan masalah ini. Para ahli fakir selalu menempatkan persoalan ini sebagai inti penyelidikan, sebab beriman kepada hari akhirat akan membawa manusia kepada keyakinan adanya satu kehidupan duniawi dan penciptaan manusia. Demikianlah pentingnya masalah ini hingga turunnya ayat-ayat Allah menerangkan kedudukan hari Akhirat.

Lima fasa pola beriman kepada hari Akhirat:
  1. Tahap kehancuran makhluk yang ada di muka bumi. Terjadi gempa bumi, di mana gunung-gunung menjadi debu, air laut mendidih meluap-luap, bintang-bintang berguguran, langit bergulungan, sedang manusia mabuk dan pitam. Kemudian musnahlah segala makhluk sama ada yang bernyawa mahupun tidak, hanya Allah yang tetap kekal
  2. Hari kebangkitan di mana manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan dipadang Mahsyar
  3. Diperlihatkan seluruh amal perbuatan di dunia dahulu. Tidak ada yang tersembunyi sama ada yang jahat mahupun yang baik, sekalipun sebesar zarah
  4. Hari menghisab di depan mahkamah keadilan Allah, dimana manusia akan memperolehi keputusan yang paling adil tanpa ada penganiayaan
  5. Hari keputusan di mana manusia akan menerima ganjaran yang setimpal dengan amalannya. Di sini saat yang dijanjikan akan dipenuhi sebagai tujuan penciptaan manusia. Mereka yang banyak amal kebajikan ditempatkan di syurga dan banyak amalan kejahatan akan ditempatkan di neraka

Kepentingan Beriman dengan Hari Akhirat
  1. Memperbaharui kesedaran tentang hakikat adanya alam akhirat yang merupakan tempat manusia menerima balasan dan juga tempat yang kekal abadi untuk semua manusia
  2. Mempertingkatkan keimanan dengan merasai keagongan Allah Rabul-Alamin selaku pemerintah dan penguasa serta tuan punya Alam, pencipta dan pemilikan hari Akhirat dan segala isi kandungannya
  3. Melembutkan hati manusia dengan mengingati mati dan Hari Akhirat
  4. Mengalakkan orang Islam melakukan ma’ruf (kebaikan) dan meninggalkan kejahatan

Beriman Kepada Qada Dan Qadar'

Maksud Takdir
  1. Takdir ataupun ketentuan Allah terhadap makhluknya khususnya manusia dapat dibahagikan kepada dua:
  2. Ketentuan tentang nature yang mengandungi sebab musabab
  3. Takdir atau ketentuan Allah terhadap makhlukNya, khususnya manusia

Sikap Orang Islam Dalam Menerima Takdir Allah
  1. Menerima dan redha terhadap apa yang ditakdirkan oleh Allah, kerana Allah Maha Adir dan tidak mungkin melakukan kezaliman terhadap makhlukNya. Apa yang Allah tentukan kepada manusia di luar dari pilihan manusia adalah kebijaksanaan dan keadilan Allah. Ada sesuatu hikmah di sebalik ketentuan itu. Mungkin apa yang kita rasa baik adalah buruk bagi kita dan demikianlah sebaliknya. Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui
  2. Mestilah bersabar sekiranya Allah takdirkan sesuatu yang buruk yang berlaku ke atas diri kita. Mungkin di sebalik apa yang berlaku itu ada sesuatu yang baik yang Allah akan anugerahkan kepada kita

Peringkat-Peringkat Iman

  1. Iman Taqlid – Iman ikut-ikutan, hanya semata-mata mengikut pendapat orang lain
  2. Iman Ilmu – Beriman semata-mata kerana berilmu dan berdasarkan pada fikiran tidak terletak di hati
  3. Iman A’yan – Iman yang terletak di dalam hati. Iman ini dimiliki oleh orang-orang soleh
  4. Iman Hak – Iman sebenar yang terlepas dari nafsu syaitan. Iman ini dimiliki oleh golongan muqarabbin, iaitu orang yang hampir dengan Allah
  5. Iman Hakikat – Iman peringkat tertinggi yang boleh dicapai oleh manusia. Iman ini hidup semata-mata untuk Allah dan Rasul serta hari Akhirat seperti para sahabat nabi

Iman Bertambah Dan Iman Berkurang

Iman manusia sentiasa bertambah dan berkurang mengikut amalan. Perkara-perkara yang perlu dilakukan untuk meneguhkan iman:
  1. Melawan hawa nafsu
  2. Mengosongkan hati daripada sifat-sifat tercela
  3. Membiasakan diri dengan sifat-sifat terpuji
  4. Melahirkan keikhlasan berbakti & berkorban semata-mata kerana Allah
  5. Memperbanyakkan amalan-amalan sunat
  6. Bertafakur, iaitu memerhatikan tanda-tanda kebesaran dan kekuasan Allah  

Kepentingan Mempelajari Ilmu Akidah

Antara beberapa kepentingan mempelajari ilmu akidah termasuklah:
  1. Supaya terhindar daripad ajaran-ajaran sesat yang akan merosakan akidah seseorang terhadap Allah swt
  2. Meneguhkan keimanan dan keyakinan kepada sifat-sifat kesempurnaanNya
  3. Memantapkan akidah seseorang supaya tidak terikut dan terpengaruh dengan amalan-amalan yang boleh merosakan akidah
  4. Audit dan Timbangan Amalan. Antaranya perkara yang akan dialami oleh manusia di akhirat ialah hisab dan timbangan amalan
  5. Balasan Syurga dan Neraka. Berdasarkan nas-nas al-Quran menunjukkan bahawa orang yang mempunyai amalan baiknya banyak sehingga memberatkan timbangan amalan baik ia akan dimasukan ke dalam syurga, manakala mereka yang sebaliknya akan dimasukan ke dalam neraka
  6. Dapat mengeluarkan hujah-hujah yang boleh mematahkan hujah daripada pihak lawan yang cuba memesongkan akidah seseorang

Kepentingan Akidah Dalam Kehidupan Manusia
  1. Akidah Sebagai Asas
  2. Akidah Sebagai Penentu atau Pendorong

Penyelewengan Dan Kerosakan Akidah

  1. Melalui Percakapan atau ucapan
  2. Melalui Perbuatan
  3. Melalui Iktikad dalam hati

Pembinaan Akidah

  1. Memahami konsep Islam yang sebenarnya dan memahami konsep akidah secara khusus
  2. Membersihkan hati dengan cara meninggalkan dosa dan melakukan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah
  3. Sentiasa berjihad melawan nafsu dan syaitan untuk beriltizam dengan Islam
  4. Bersama-sama dengan orang-orang yang soleh atau sentiasa mencari suasana yang baik
  5. Sentiasa berdoa memohon pimpinan Allah
  6. Bertawakal kepada Allah

Kesimpulan

Secara keseluruhannya, konsep akidah amat mudah dipelajari dan difahami secara umum kepada sesiapa sahaja yang ingin mengamalkan akidah secara istiqamah(berterusan). Secara tidak langsung, masyarakat yang mengamalkan konsep akidah yang betul akan melahirkan sebuah negara yang tinggi ilmu, amal dan akhlaknya.

Posted on 01.54 by Unknown

No comments